Senin, 25 Juli 2011

Tumbuhkan Cinta dalam Hidup

Ada seorang ibu yang mesti memelihara anaknya sendirian selama empat
puluh tahun. Suaminya meninggal dalam suatu kecelakaan. Sedangkan satu
dari tiga orang anaknya mengalami cacat fisik sejak kecelakaan bersama
ayahnya. Sejak bangun pagi hingga beranjak ke tempat tidurnya, ibu itu
selalu punya perhatian terhadap anaknya. Apalagi sang anak tidak bisa
berjalan sendiri. Ia hanya bisa terbaring di tempat tidur. Kaki dan
tangannya lumpuh.

Suatu hari seorang teman kelasnya dulu datang mengunjungi ibu itu
beserta anaknya. Temannya itu merasa tersentuh oleh situasi hidup ibu
itu. Ia berkata, "Kamu pasti merasa capek. Kamu pasti merasa terbebani
dengan kondisi anakmu."

Ibu itu tersenyum mendengar kata-kata teman lamanya itu. Ia berkata
kepadanya, "Saya tidak pernah merasa terbebani oleh kondisi anak saya.
Sudah empat puluh tahun saya lakukan semua hal untuk dia. Saya merasa
bahagia. Saya merasakan begitu besar cinta Tuhan terhadap saya. Tuhan
telah memberi tanggung jawab ini kepada saya."

Temannya terkejut mendengar kata-kata bijak ibu itu. Ia heran,
mengapa kondisi seperti itu tidak sedikit pun membuat ia terbebani. Ia
berdecak kagum mendengar kata-kata ibu itu. Ia bahkan merasa malu
terhadap dirinya sendiri. Ia merasa gagal dalam mendidik anak-anaknya.
Dua anaknya tidak berhasil dalam hidup mereka. Mereka menjadi
orang-orang yang sering menyusahkan dirinya.

Sahabat, cinta yang begitu besar telah mendorong seorang ibu menerima
kehadiran anaknya yang cacat. Tampak cacat fisik yang dimiliki anaknya
itu membuat ibu itu mengambil tindakan kasih yang nyata. Ia merawatnya
dengan penuh perhatian. Ia tidak mau membiarkan sang anak menderita
dalam kondisinya seperti itu.

Banyak orang sering merasa bahwa suatu perbuatan baik bagi sesama itu
menjadi suatu beban. Melakukan suatu kebaikan itu memberikan beban
terhadap hidupnya. Karena itu, orang enggan untuk melakukan hal-hal
yang baik bagi orang lain. Orang merasa bahwa melakukan hal-hal baik
bagi orang lain itu membuang-buang waktu saja. Lebih baik melakukan
sesuatu untuk diri sendiri saja.

Orang yang berpandangan seperti ini biasanya orang-orang yang kurang
punya kasih. Cinta mereka terhadap sesama dibatasi oleh egoisme yang
begitu besar. Orang hanya ingin mencari kepuasan bagi dirinya sendiri
saja. Orang seperti ini lebih memperhitungkan untung rugi bagi dirinya
sendiri saja. Karena itu, orang seperti ini lebih sering mengeluh
ketika mengalami kesulitan-kesulitan dalam hidupnya. Orang seperti ini
lebih mudah sewot ketika terjadi jalan buntu dalam hidupnya.

Kisah ibu tadi memberi inspirasi bagi kita untuk memiliki cinta yang
kuat terhadap sesama. Cinta yang kuat itu dilatih dalam pergulatan
kehidupan. Cinta yang kuat itu dapat bertumbuh dan berkembang dalam
perbuatan baik bagi sesama. Untuk itu, orang mesti terus-menerus
menumbuhkembangkannya dalam hidupnya. Orang mesti yakin bahwa hanya
dengan melakukan hal-hal baik bagi sesama, orang dapat mengalami cinta
yang besar pula dalam hidupnya.

Mari kita bertumbuh dan berkembang dalam cinta kasih terhadap sesama.
Kita berusaha untuk terus-menerus mengasihi sesama dengan segenap
hati. Tuhan memberkati. **

Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/

0 komentar: