Sabtu, 23 Juli 2011

Melepas Egoisme bagi Hidup yang Lebih Baik

Ketika kaum perempuan belum mendapatkan pendidikan yang memadai,
mereka dianggap sebagai kaum yang lemah. Akibatnya, mereka sering
tidak diikutsertakan dalam berbagai segi kehidupan. Mereka sering
dianggap sebagai pelengkap saja dalam kehidupan kaum pria.

Di zaman dulu, mereka dipingit. Mereka tidak boleh melakukan hal-hal
yang baik di luar rumah. Kehidupan publik mereka sangat dibatasi.
Akibatnya, kaum perempuan tetap tertinggal dari kaum lelaki dari
berbagai segi kehidupan. Kondisi seperti ini mesti bukan menjadi suatu
kebanggaan bagi umat manusia. Kita semestinya merasa trenyuh terhadap
kondisi seperti ini. Yang mesti kita lakukan adalah kita
memperjuangkan kemajuan kaum perempuan.

Namun setelah pembatasan-pembatasan dibuka, kaum perempuan semakin
mendapatkan kesempatan yang banyak untuk mengembangkan diri.
Kemajuan-kemajuan di berbagai bidang kehidupan pun diraih. Ada yang
menjadi guru besar di perguruan tinggi. Ada yang menjadi pilot.
Berliana Febrianti, pemain film dan sinetron, merasa bahwa kemajuan
perempuan Indonesia sampai sekarang ini sangat membanggakan. Ia
berkata, "Perempuan itu makhluk yang kuat. Biarpun mereka mengalami
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perempuan (pada umumnya) tetap
memiliki kekuatan untuk bertahan."

Tentang KDRT yang sering terjadi, ia mengatakan bahwa kelihatannya
perempuan yang mengalami KDRT tersebut tidak memberontak. Hal itu
karena mereka ingin melindungi anaknya. Perempuan selalu berpikir
panjang.

Untuk itu, ia berharap agar kaum pria tidak berlaku kasar terhadap
kaum perempuan. Ibu dari tiga orang anak ini berkata, "Lebih baik jika
kaum lelaki mengerti, kekuatan perempuan itu luar biasa. Setidaknya,
mereka bisa mengingat betapa besar kekuatan yang dimiliki ibu mereka."
Sahabat, KDRT yang terjadi dalam kehidupan bersama itu merupakan salah
satu bentuk perendahan terhadap martabat manusia. Kekerasan yang
terjadi dalam rumah tangga itu suatu bentuk tumbuh kuatnya egosime.
Orang yang melakukan kekerasan itu hanya mementingkan diri sendiri.
Kuasa egoisme itu bisa dihilangkan, kalau orang menyadari kehadiran
sesama bukan hanya sebagai pelengkap. Namun kehadiran sesama itu
sebagai suatu keharusan. Mengapa? Karena manusia tidak bisa hidup
sendiri. Manusia membutuhkan sesama untuk menjalani kehidupan ini.
Orang yang ingin maju dalam hidupnya mesti menerima kehadiran
sesamanya.

Kalau kesadaran ini senantiasa tumbuh dalam diri seseorang, ia akan
mudah untuk menghargai kehadiran sesamanya. Karena itu, orang beriman
mesti menukik ke dalam dirinya sendiri. Orang beriman mesti berani
menerima kehadiran sesamanya sebagai partner dalam suka dan duka.
Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu kegembiraan bagi semua orang.
Tuhan memberkati. **

Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/

0 komentar: