Brutalisme bisa terjadi karena miskomunikasi atau komunikasi yang tidak berjalan dengan baik. Peristiwa berdarah yang terjadi di Koja, Jakarta Utara, Rabu tanggal 14 April 2010 lalu merupakan salah satu contohnya. Menurut beberapa sumber, ada miskomunikasi antara pimpinan dengan anak buah di lapangan. Komunikasi yang tidak berjalan dengan baik itu menyebabkan terjadinya kerusuhan. Orang tidak saling mengerti. Akibatnya, yang dilakukan adalah menyerang orang lain.
Menyaksikan hal ini, seorang penyiar radio sekaligus pembawa acara, merasa galau. Jatuhnya korban tewas dan banyaknya korban luka mengusik hatinya. Ia berkata, "Brutalitasme ini buah dari ranting dan cabang miskomunikasi yang buruk antara aparat dan masyarakat. Akarnya adalah hukum yang tak kenal rasa keadilan, lalu ditiup angin bisik-bisik kepentingan. Ini puisi kegalauan hatiku."
Menurutnya, ketidakadilan yang dirasakan rakyat sudah demikian dalam. Akibatnya, mudah sekali meluap menjadi kebrutalan. Ia berkata, "Pendengar radio di mana aku siaran juga mempertanyakan mengapa hal itu bisa terjadi? Satpol PP memang menggemaskan. Tetapi saat personelnya ada yang meninggal dunia, kita juga merasa prihatin dan simpati. Mereka juga manusia."
Ia mengimbau para penegak hukum supaya tidak hanya bicara soal hukum formal, tetapi memperhatikan juga rasa keadilan. Ia berkata, "Kalau negara ini cinta rakyatnya, sebaiknya aparat negara tidak menggunakan cara-cara kekerasan. Lebih baik kita berdialog. Meski alot dan lama, hasilnya memuaskan dan bisa meminimalkan korban."
Sahabat, kita hidup dalam dunia komunikasi yang begitu maju. Ada alat-alat komunikasi yang dapat membantu manusia untuk menjalin komunikasi dengan sesamanya. Soalnya adalah apakah manusia sungguh-sungguh menggunakan komunikasi itu demi kebaikan? Atau manusia menggunakan alat-alat komunikasi itu untuk menindas yang lain?
Persoalan yang terjadi adalah manusia tidak sungguh-sungguh menjalin komunikasi. Dalam komunikasi itu yang terjadi hanya satu arah. Akibatnya, komunikasi yang tidak berjalan dengan semestinya itu dapat menimbulkan ketidakadilan. Pihak yang satu memaksakan kehendaknya kepada pihak yang lain. Ada tindakan penindasan dalam hal ini.
Karena itu, manusia mesti mengubah pola berkomunikasi. Dengan alat-alat komunikasi yang canggih di zaman modern ini, orang mesti menggunakannya sebaik-baiknya untuk kemajuan bersama.
Untuk itu, komunikasi yang dilakukan itu mesti mendahulukan kepentingan bersama. Komunikasi yang mementingkan kedamaian bagi semua orang. Tentu saja hal ini tidak mudah dilakukan. Namun kalau orang sungguh-sungguh mau belajar, orang akan menemukan suatu komunikasi yang membahagiakan semua orang.
Sebagai orang beriman, komunikasi yang kita lakukan mesti berlandaskan pada kasih seorang terhadap yang lain. Kita ingin membangun komunikasi, karena kita mengasihi sesama kita. Kita ingin agar kasih itu menjadi andalan dalam hidup ini. Mari kita terus-menerus membangun komunikasi kasih di antara kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi sesuatu yang membahagiakan. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar