Selasa, 31 Mei 2011

Hidup dalam Kasih Menumbuhkan Persaudaraan

Persoalan penculikan anak-anak belakangan ini marak terjadi di Jakarta dengan berbagai modus. Di Jakarta Utara, misalnya, seorang pelajar dibius tiga pria tak dikenal. Sedangkan dua bocah di Jakarta Pusat ditarik paksa ke dalam kereta oleh seorang pria yang tidak dikenal.

Penculikan itu meninggalkan trauma yang mendalam bagi yang diculik maupun orangtua yang diculik itu. Indah Lestari yang berusia 8 tahun, misalnya, mengaku masih trauma. Dia adalah satu dari dua bocah yang diculik pria tidak dikenal. Kamis pekan lalu (Maret 2010), keduanya dinaikkan ke atas kereta api jurusan Rangkasbitung ke Kota.

Indah berkata, ”Tangan saya dipegangi sampai bengkak. Sakit sekali. Kami tidak bisa lepas.”

Indah bersama temannya bernama Fani diculik lalu dimasukkan ke dalam kereta. Beruntung bagi keduanya. Saat kereta berhenti di Stasiun Angke, Indah berteriak memanggil nama kakaknya yang bernama Eneng. Sang kakak langsung naik ke atas kereta api dan berusaha membebaskan keduanya. Namun ia gagal. Tetapi ia tidak hilang akal. Di stasiun berikutnya, Beos, ia mencari petugas keamanan yang membekuk pria yang tak dikenal yang menculik dua bocah itu.

Sahabat, mengapa terjadi penculikan terhadap anak-anak dalam beberapa waktu terakhir ini? Alasannya bisa macam-macam. Namun satu hal yang pasti adalah orang hanya ingin memenuhi kepentingan dirinya sendiri. Orang hanya mau mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Orang lain boleh mengalami penderitaan. Yang penting dirinya sendiri mengalami kegembiraan dan kebahagiaan.

Tentu saja hal ini tidak benar. Orang tidak bisa dibenarkan menggunakan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri. Setiap manusia memiliki martabat yang tinggi. Semua orang memiliki harkat dan martabat yang sama.

Karena itu, orang tidak bisa mereduksi harkat dan martabat sesamanya hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Orang mesti menyadari bahwa kehadiran sesamanya bukan hanya untuk dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk sosial yang mesti selalu menjalin kehidupan bersama.

Karena itu, tindakan penculikan itu mesti diperangi dengan menyadarkan para penculik itu. Dengan demikian, para penculik itu sungguh-sungguh memahami kehadiran sesama dalam hidup mereka. Mereka mesti diberi pengertian-pengertian yang mendalam tentang kehadiran sesama. Caranya adalah dengan menanamkan nilai-nilai cinta kasih dalam hidup mereka.

Hidup tanpa cinta hanya menimbulkan kekacauan dalam hidup. Hidup tanpa cinta hanya menumbuhkan kebencian dalam hidup ini. Karena itu, mari kita berusaha untuk menanamkan nilai-nilai cinta kasih dalam hidup bersama. Dengan demikian, hidup bersama ini menjadi kesempatan yang indah dan damai bagi semua orang. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Senin, 30 Mei 2011

Berusaha Menerima Diri Apa Adanya

Tubuh manusia diciptakan secara sempurna oleh Tuhan. Setiap orang diberi kemampuan-kemampuan yang cukup untuk melanjutkan hidup ini. Apa yang diberikan oleh Tuhan kepada kita sebenarnya cukup untuk hidup ini. Tinggal bagaimana manusia mengembangkan kemampuan-kemampuannya untuk kesejahteraan dirinya dan sesamanya.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa banyak orang ingin hidup lebih lama daripada waktu yang telah diberikan oleh Tuhan. Berbagai cara ditempuh untuk membuat dirinya tampak lebih mudah. Salah satu cara adalah penggunaan botoks untuk melawan ketuaan. Mereka berpikir bahwa dengan cara ini hidup mereka dapat diperpanjang.

Rachel Weisz mengimbau para petinggi di industri film agar melarang penggunaan botoks bagi para aktor dan aktris sebagai metode untuk melawan penuaan. Baginya, penggunaan botoks itu sama halnya dengan penggunaan steroid bagi olahragawan. Weisz yang berusia 40 tahun ini bersikukuh menolak mengikuti tren penggunaan botoks yang melanda kalangan aktor dan aktris Hollywood.

Bintang film The Mummy Returns ini berharap, rekan-rekannya sesama aktris mau berhenti menggunakan botoks. Mereka mesti mulai menerima usia mereka yang sebenarnya, lengkap dengan kerutan di wajah. Itu bila mereka ingin mendapat penghargaan untuk penampilan mereka.

Ia berkata, ”Seharusnya botoks dilarang bagi aktor dan aktris, seperti steroid bagi olahragawan. Akting adalah soal ekspresi wajah.”

Bicara tentang kesehatan, Weisz berkata, kebahagiaan adalah rahasianya untuk sehat. Ibu dari Henry yang berusia 3 tahun ini percaya bahwa kepuasan batin terhadap kehidupan keluarganya membuat dia tetap sehat.

Weisz yang juga main di The Lovely Bones ini berkata, ”Aku cukup sehat tanpa diet. Aku tetap makan daging dan minum alkohol, tapi tidak berlebihan. Menurutku, kebahagiaan adalah rahasia untuk selalu sehat.”

Sahabat, kita hidup dalam dunia yang mulai mengandalkan kemudahan-kemudahan. Orang ingin mencari cara-cara yang lebih gampang untuk melangsungkan hidup ini. Karena itu, tidak usaha heran orang mengambil jalan pintas untuk hidupnya sendiri. Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa manusia ingin berusaha untuk mempertahankan hidupnya. Namun cara seperti itu menipu diri sendiri. Semestinya kerut-kerut wajah telah menghiasi dirinya. Namun ditutup dengan botoks yang membuat seseorang tampil lebih muda.

Karena itu, yang dibutuhkan adalah kesadaran untuk mampu menerima diri apa adanya. Kalau ketuaan sudah saatnya menimpa seseorang, orang mesti berani menerimanya. Orang mesti tidak perlu takut untuk menerima kondisi tubuhnya itu. Orang tidak perlu membalut diri dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan kondisi dirinya.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk menerima hidup ini apa adanya. Bukan berarti kita begitu mudah menyerah pada hal-hal yang akan menimpa diri kita. Berkenaan dengan kondisi diri kita, misalnya umur, kita tidak bisa menutup-nutupi. Kita mesti menerima bahwa suatu saat diri kita akan menjadi tua. Keriput-keriput akan mendatangi tubuh kita. Karena itu, yang mesti kita lakukan adalah menerima apa adanya sambil menysukurinya. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Minggu, 29 Mei 2011

Membangun Kesadaran untuk Mencintai Alam

Alam yang kita hidupi sekarang ini merupakan bagian dari hidup kita. Alam yang indah dengan hutan yang menghijau atau air sungai yang alami tidak lagi mendominasi negeri ini. Mengapa? Karena keindahan alam itu telah hilang oleh berbagai tindak pengrusakan.

Karena itu, sekarang ini tampak alam seolah-olah ganas terhadap kehidupan manusia. Banjir terjadi di banyak tempat di musim hujan. Kebakaran menghanguskan begitu banyak hutan alami di musim kemarau. Apa yang mesti kita buat untuk kelestarian lingkungan hidup ini?

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Adhyaksa Dault (48) punya cara sendiri untuk melestarikan lingkungan alam. Selepas dari jabatan menteri, ia memfokuskan diri di dunia pendidikan dan kepencintaalaman. Dunia politik untuk sementara ditinggalkan walau ada tawaran jadi petinggi sebuah partai. Adhyaksa lebih memilih jadi Ketua Umum Vanaprastha, kelompok pencinta alam yang membina generasi muda agar mencintai alam dan Tanah Air.

Tentang hal ini, ia berkata, ”Saya bangga menjadi Ketua Umum Vanaprastha dibandingkan dengan pemimpin sebuah partai. Lingkungan kita sekarang dalam kondisi memprihatinkan. Degradasi dan deforestasi hutan mencapai 2 juta hektar per tahun. Tutupan hutan terus berkurang.”

Dia mengatakan tidak berpolitik dulu. Ia berkata, ”Saya ingin serius dalam masalah lingkungan, dengan menumbuhkan kesadaran cinta alam dan cinta Tanah Air di kalangan generasi muda.”

Sahabat, kesadaran untuk mencintai lingkungan hidup mesti menjadi opsi utama dari setiap orang. Mengapa? Karena ketika lingkungan hidup itu hilang, manusia akan mengalami kegundahan dalam hidupnya. Air tidak cukup lagi untuk kebutuhan hidup manusia, karena hutan yang menyediakan air itu telah hilang. Asap yang senantiasa menyelimuti daerah-daerah kita di musim kemarau akan membuat hidup kita tidak nyaman. Kita akan merasa hidup kita selalu terganggu oleh panas dan debu yang beterbangan.

Untuk itu, sejak dini kita mesti mendidik anak-anak kita untuk menyelamatkan lingkungan hidup yang sangat penting bagi hidup kita. Anak-anak kita mesti dilatih untuk mencintai tanaman yang ada di sekitar mereka. Mereka diberi pengertian untuk tidak dengan mudah menebang pohon atau merusak tanaman yang ada. Dengan demikian, mereka dapat tumbuh menjadi orang-orang yang mencintai lingkungan ini.

Sebagai orang beriman, kelestarian dan keselamatan lingkungan hidup merupakan tugas utama kita. Kita dipanggil untuk menemukan cara-cara yang terbaik untuk melestarikan lingkungan hidup kita. Untuk itu, kita mesti berusaha keras untuk mengubah cara hidup kita yang cuek terhadap kelestarian lingkungan. Kita mesti menjadi orang-orang yang peduli terhadap kelestarian dan keselamatan lingkungan hidup. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Sabtu, 28 Mei 2011

Mengubah Kemarahan Menjadi Berkat

Akhir pekan lalu (akhir Februari 2010) ada dua peristiwa berdarah terjadi di Jawa Timur. Di Pasuruan, seorang anak tega membunuh bapak kandungnya, karena kesal adiknya dipukul. Di kawasan Tapal Kuda di Probolinggo kejadian serupa terjadi. Seorang pria warga Desa Menyono, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Probolinggo membunuh bapak tirinya.

Bapak tirinya dibacok dengan sebilah celurit hingga tewas bersimbah darah di depan halaman rumahnya. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 11.30 WIB, Minggu (28/2/2010). Keterangan yang dihimpun adalah sebelum kejadian, kakak pelaku yang bernama Ny Supaida pulang dari Arab Saudi. Selama beberapa tahun bekerja di Arab Saudi, Ny Supaida menitipkan anaknya, Mia (3) kepada bapak tirinya. Begitu pulang ke rumahnya di Desa Menyono, perempuan itu berencana membawa anaknya itu ke Banyuwangi, namun bapak tiri itu melarang.

Tidak terima, sang anak tiri datang bersama Ny Supaida. Mereka naik pitam. Terjadi perang mulut. Di tengah perang mulut itu, pelaku kalap dan langsung menyabetkan celurit ke tubuh bapak tirinya. Akibat sabetan sebilah celurit itu, bapak tiri itu mengalami luka di bagian kedua pergelangan tangan dan lehernya. Ia pun tewas seketika.

Sahabat, kemarahan yang tidak bisa dikendalikan dapat berakibat fatal bagi kehidupan. Orang yang kalap bisa menyebabkan nyawa orang lain melayang. Akibatnya, orang melanggar hak azasi manusia. Orang tidak peduli terhadap hak-hak hidup orang lain. Orang merendahkan martabat manusia.

Manusia yang beradab adalah manusia yang mampu mengolah emosinya yang brutal. Orang yang punya kebudayaan yang tinggi itu orang yang mampu menundukkan kemarahannya. Emosi liar yang dimiliki itu mesti bertekuk lutut dalam dirinya. Ia tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh kemarahan atau emosi dirinya.

Untuk itu, orang mesti berusaha untuk mengendalikan emosi atau kemarahan yang membabibuta. Tentu saja usaha ini tidak berhasil dalam sekejap. Orang tentu mengalami berbagai tantangan dan kesulitan. Orang akan mengalami jatuh dan bangun dalam usaha untuk mengendalikan emosi dalam dirinya. Namun orang tidak boleh berhenti atau putus asa. Orang mesti yakin bahwa dengan mengendalikan emosi itu orang akan dapat menundukkan emosi yang ada di dalam dirinya.

Sebagai orang beriman, kita mesti berusaha untuk mengubah kemarahan yang bernyala-nyala di dalam diri kita menjadi berkat yang melimpah bagi sesama. Untuk itu, kita butuh bantuan dari Tuhan. Kita mesti berani mengandalkan Tuhan ketika kemarahan atau emosi sedang melanda diri kita. Kita biarkan Tuhan masuk ke dalam diri kita untuk bekerja bersama kita menundukkan kemarahan atau emosi itu. Dengan demikian, hidup kita menjadi berkat bagi sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Jumat, 27 Mei 2011

Menyadari Pentingnya Air bagi Kehidupan

Pete Wentz bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk bekerja membangun kesadaran akan pentingnya penyediaan air minum yang layak bagi anak-anak di seluruh dunia. Roker, yang juga ayah seorang anak ini, dipilih sebagai juru bicara nasional untuk ”2010 Unicef Tap Project”, kampanye yang mendorong orang-orang untuk berdonasi minimal 1 dollar AS selama World Water Week, 21-27 Maret 2010. Uang hasil penggalangan dana akan diserahkan kepada yayasan air Unicef.

Wentz tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Pria berusia 30 tahun ini berkata, ”Ini sungguh sebuah kehormatan. Menjadi juru bicara nasional untuk Tap Project dan mendukung upaya penyediaan air bersih bagi anak-anak di negara dunia ketiga.”

Tergeraknya Wentz untuk terlibat dalam proyek ini berdasarkan kenyataan bahwa kurangnya air bersih telah membunuh ribuan anak balita setiap hari. Tentang hal ini, pria yang pernah muncul di serial televisi CSI ini berkata, ”Air terkadang dianggap sebagai hal biasa bagi kami warga Amerika. Kenyataannya, kekurangan air bersih dan minimnya akses air minum telah membunuh 4.100 anak di bawah usia lima tahun setiap hari. Sebagai seorang ayah, aku menjadi sangat peduli terhadap kebutuhan anak-anak.”

Ia mengatakan bahwa pada saat-saat darurat, seperti saat gempa Haiti, air bersih menjadi hal yang sangat penting. Untuk itu, Wentz terlibat dalam kampanye pengadaan air bersih bagi kehidupan.

Sahabat, kita semua tahu bahwa air sangat penting bagi kehidupan manusia. Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi hidup manusia. Tanpa air, manusia tidak bisa hidup. Manusia akan mengalami berbagai kesulitan, kalau air tidak mencukupi hidup ini.

Karena itu, manusia mesti selalu menyadari pentingnya air bagi hidupnya. Mungkin sekarang ini di musim hujan ini, kita belum begitu peduli terhadap hadirnya air. Kita masih menganggap remeh tentang air. Namun ketika musim kemarau tiba, banyak orang mulai menyadari pentingnya air. Tentu saja sikap seperti ini bukan sikap yang baik. Orang mesti selalu menyadari pentingnya air bersih dalam hidup sehari-hari. Air yang bersih akan memberikan jaminan kehidupan bagi manusia. Air yang bersih membantu manusia untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

Sebagai orang beriman, kita mesti selalu mensyukuri kebaikan Tuhan yang telah memberikan air kepada kita. Tuhan sungguh tahu akan kebutuhan hidup kita. Tuhan menjamin hidup kita dengan memberi kita air bersih yang berguna untuk kelangsungan hidup kita. Mari kita gunakan air yang ada sebaik-baiknya untuk hidup kita. Dengan demikian, kita selalu menyadari pentingnya air bagi hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Kamis, 26 Mei 2011

Mengalirkan Rahmat dan Kasih Tuhan

Hampir setiap hari kota Palembang diguyur hujan dengan deras. Inilah saatnya musim hujan. Banyak orang mengeluh tentang hujan yang deras itu. Air tergenang di beberapa tempat. Di beberapa tempat yang rendah di kota mpek-mpek ini tentu saja akan mengalami banjir. Air tergenang berhari-hari. Akibatnya, banyak orang mengalami batuk pilek. Mungkin juga ada yang terserang demam berdarah.

Di penghujung bulan Februari ini, hujan yang deras itu seolah-olah tidak mau kompromi. Pertanyaannya, apakah hujan yang datang dari awan itu tidak meninggalkan apa-apa setelah menggenangi tempat tinggal manusia? Orang yang mengalami hujan yang deras sebagai bencana akan mengatakan bahwa hujan itu tidak berguna. Hujan itu menyebabkan banjir yang mengancam nyawa manusia.

Namun kalau direfleksikan lebih mendalam, orang akan menemukan makna dari air hujan itu. Paling tidak, orang diberi pelajaran untuk menyiapkan diri menyambut musim hujan. Menjelang musim hujan tiba, orang tidak hanya duduk-duduk sambil membuang sampah ke selokan. Namun orang berusaha membersihkan selokan, sehingga air yang tercurah dari langit itu tidak tertahan.

Sahabat, seorang Nabi mengibaratkan hujan yang turun ke bumi itu dengan kasih Tuhan terhadap manusia. Dia mengatakan bahwa hujan yang jatuh ke bumi itu akan mengairi tanaman-tanaman. Hujan itu menyuburkan tanah. Hujan itu memberi kehidupan kepada manusia. Setelah itu hujan kembali ke langit.

Kehadiran Tuhan dalam hidup manusia itu tidak asal hadir. Tuhan hadir untuk memberi manusia kemampuan untuk hidup. Tuhan menyertai manusia dengan kasihNya yang besar. Tuhan tidak pernah meninggalkan manusia berjuang sendirian di dunia ini. Tuhan memberi rahmatNya, agar manusia memiliki semangat untuk melanjutkan hidupnya di dunia ini. Bukan hanya untuk diri sendiri. Tetapi rahmat dan kasih itu diberikan Tuhan untuk pertumbuhan hidup manusia.

Karena itu, orang beriman mesti senantiasa mengalirkan kasih kepada setiap orang yang dijumpainya. Mengapa terjadi kejahatan di dunia ini? Karena manusia tidak mengalirkan rahmat dan kasih yang diberikan Tuhan kepadanya dengan cuma-cuma. Manusia menggunakannya hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Akibatnya, orang lain tidak mendapatkan bagian dari kasih dan rahmat itu. Orang lain mengalami kekurangan rahmat dan kasih Tuhan itu.

Mari kita berusaha untuk terus-menerus mengalirkan rahmat dan kasih Tuhan kepada semua orang yang kita jumpai. Dengan demikian, dunia ini menjadi tempat yang aman dan damai bagi hidup kita. Kejahatan tidak perlu mengganggu hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Rabu, 25 Mei 2011

Melakukan Perbuatan Baik dengan Tulus

Bachtiar Angkotasan harus menyisakan Rp 5.000 setiap hari dari hasil mengamen untuk membayar kontrakan di Kampung Jati, Kelurahan Jati Mulya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Setiap bulan ia harus membayar Rp 200.000 untuk biaya kontrakan dengan ukuran 4 X 6 meter.

Pria berusia 47 tahun ini berkata, “Saya bayar pakai uang receh hasil ngamen.” Bachtiar menjelaskan, setiap hari ia mendapatkan uang sekitar Rp 30.000 dari mengamen dari bus ke bus. Pemilik kontrakkan mengerti atas kondisinya yang bekerja sebagai pengamen. Ia bersama dua anaknya telah tinggal di sana sekitar enam bulan.

Tentang pembayaran menggunakan uang receh, ia berkata, “Sebelumnya saya minta maaf dulu belum sempat tuker receh ke warung. Pemilik rumah bilang ngga apa-apa.”

Bachtiar harus menghidupi kedua anaknya Gia Wahyuningsih yang berusia 5 tahun dan Agum Gumelar Santoso yang berusia 8 tahun. Ia berpisah dengan istrinya, Mimih Nunung, empat tahun lalu. Gia mengidap epilepsi dan gizi buruk sejak umur satu tahun.

Gia kerap berontak selama di rumah, sehingga Bachtiar terpaksa mengikat Gia dengan kain di bagian pinggang selama ia pergi mengamen. Gia terpaksa "dipasung" sejak tiga tahun lalu hingga polisi mendapat informasi dan membawa Gia ke rumah sakit.

Sahabat, di satu sisi usaha yang dilakukan oleh Bachtiar sungguh-sungguh baik. Ia merasa bertanggung jawab terhadap kedua anaknya. Ia tidak meninggalkan mereka berjuang sendirian. Ia rela mengorbankan dirinya untuk kelangsungan hidup kedua anaknya. Inilah orang yang beriman. Orang sungguh-sungguh peduli terhadap sesamanya. Ia tidak membiarkan mereka terlantar.

Soalnya adalah kemiskinan memaksa Bachtiar untuk melakukan hal-hal yang melanggar aturan. Anak putrinya yang sering berontak, karena menderita epilepsi, ia ikat dengan kain. Dengan demikian, anaknya tersebut mengalami penderitaan yang lebih parah lagi. Kebebasannya menjadi terganggu. Hak-hak hidupnya seolah-olah dirampas. Tentu saja perbuatan seperti ini tidak bisa diterima.

Bahaya yang sering terjadi dalam hidup adalah orang sering hanya berpikir berat sebelah. Yang penting ia melakukan sesuatu yang baik, ia tetap melakukannya. Padahal belum tentu perbuatannya yang baik itu juga baik untuk orang lain. Perbuatan yang baik itu belum tentu memenuhi kepentingan bersama.

Karena itu, orang beriman mesti tidak boleh berat sebelah. Orang beriman itu orang yang selalu memperhitungkan secara matang suatu perbuatan yang dilakukannya. Dengan cara itu, orang tidak perlu menindas sesamanya ketika mnelakukan suatu perbuatan yang baik. Suatu perbuatan baik yang tidak berat sebelah akan memberikan kepuasan bagi semua orang.

Mari kita berusaha untuk senantiasa melakukan suatu perbuatan baik yang berguna bagi semua orang. Dengan demikian, hidup ini menjadi lebih baik dan indah. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Selasa, 24 Mei 2011

Berusaha Memiliki Tubuh yang Sehat

Mengkonsumsi makanan yang bergizi sangat penting bagi hidup manusia. Makanan yang mengandung gizi yang baik akan membantu tubuh manusia untuk bertahan terhadap berbagai serangan penyakit. Orang yang mengalami gizi buruk akan rentan terhadap berbagai penyakit.

Salah satu makanan yang bergizi adalah beras merah. Meski beras merah tampak lebih keras, namun beras ini mengandung banyak protein yang berguna untuk tubuh manusia. Selain mengandung karbohidrat juga kaya protein dan mengandung mineral dan vitamin. Tepung beras merah pecah kulit dapat mencegah berbagai penyakit seperti kanker usus, batu ginjal, beri-beri, insomnia, sembelit, wasir, gula darah, dan kolesterol. Warna merah pada beras terbentuk dari pigmen antosianin yang dikandungnya.

Cathy Sharon, seorang selebriti termasuk seorang yang gemar mengkonsumsi nasi dari beras merah Menurutnya, beras merah baik untuk kesegaran tubuh. Karena itu, demi mendapatkan nasi merah, Cathy Sharon lebih senang makan di kantin karyawan di lokasi parkir mobil lantai ruang bawah tanah Pondok Indah Mal, Jakarta. Meskipun tak senyaman dan tak sesejuk tempat makan di dalam mal, setiap pekan Cathy pasti mampir makan nasi merah di kantin itu sebelum atau setelah melakukan olahraga di gymnasium mal itu.

Tentang nasi beras merah, ia berkata, ”Aku emang doyan nasi merah. Kata pelatih pribadiku, ada satu warung aja di kantin itu yang jual nasi beras merah.”

Sahabat, sering orang tidak peduli dengan apa yang dikonsumsi. Orang merasa bahwa makan itu yang penting kenyang. Tidak peduli apa mutu makanan tersebut. Karena itu, orang kurang peduli apakah makanan yang dikonsumsi itu memiliki nilai gizi yang baik atau tidak. Padahal makanan yang dikonsumsi itu juga berpengaruh terhadap tubuh manusia.

Karena itu, orang mesti memiliki kebiasaan untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki nilai gizi yang baik. Di zaman di mana tantangan hidup begitu tinggi, orang tidak bisa makan asal kenyang. Orang mesti mengkonsumsi makanan yang sungguh-sungguh memiliki gizi yang tinggi. Gizi yang baik itu mampu mengganti sel-sel tubuh yang aus karena penuaan. Gizi yang baik itu mampu menguatkan kondisi tubuh yang lemah.

Untuk itu, orang mesti sungguh-sungguh berusaha untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki gizi yang baik. Dengan demikian, kondisi tubuh orang tetap terjamin. Kondisi tubuh orang dapat bertahan terhadap berbagai penyakit dengan gizi yang baik itu. Karena itu, kesadaran untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi baik itu mesti selalu ditanamkan dalam diri. Orang mesti berani mengorbankan apa yang dimiliki untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi itu.

Sebagai orang beriman, kita mesti selalu menyadari kebutuhan tubuh kita terhadap gizi yang baik. Mensuplai tubuh kita dengan gizi yang baik berarti kita mau memelihara tubuh kita. Mari kita berusaha untuk mengkonsumsi gizi yang baik, agar hidup kita segar dan sehat. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Senin, 23 Mei 2011

Mendasarkan Perbuatan pada Pertimbangan yang Matang

Sehelai kaus yang dipungut dari pagar rumah orang bisa menjadi masalah bagi yang memungut. Sang empunya kaus dapat mengadukan pemungutnya ke polisi. Begitulah yang terjadi dengan Aspuri, seorang buruh tani di Kampung Sisipan, Desa Bendung, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, beberapa waktu lalu. Akibat perbuatan memungut milik orang lain, Aspuri mesti mendekam di penjara.

Aspuri menyesali perbuatannya setelah divonis tiga bulan lima hari penjara potong masa tahanan. Ia berkata, ”Saya jengkel, gara-gara masalah sepele bisa sampai kayak gini. Tapi, saya tak dendam sama Bu Dewi.”

Masih untung bagi Aspuri. Vonis yang dijatuhkan itu sama dengan masa tahanan sementaranya. Karena itu, ia langsung bebas setelah vonis. Namun soalnya adalah ia tetap bersalah atas tindakannya memungut barang milik orang lain. Pria berusia 19 tahun ini dikenal sebagai pemuda yang sopan, pendiam dan tidak banyak tingkah. Ia juga seorang yang menghabiskan malam-malamnya dengan mengajar ngaji di kampungnya. Namun perbuatannya yang tidak disengaja itu seolah menghapus semua kebaikan yang ada pada dirinya.

Aspuri bersalah, karena memenuhi pasal KUHP tentang pencurian. Menurut hakim yang memimpin persidangan Aspuri, perbuatan terdakwa yang memungut sehelai kaus tersebut memenuhi unsur tindak pidana yang diatur dalam Pasal 362. Hakim berkata, ”Pengertian Pasal 362, barang yang diambil tidak harus ada nilai ekonomisnya. Sepanjang tidak izin pemiliknya, maka perbuatan terdakwa sudah memenuhi unsur 362.”

Sahabat Sonora, ada pepatah ’nila setitik rusak susu sebelanga’. Selembar kaus yang dipungut Aspuri itu bukan untuk dia pakai sendiri. Setelah mengambil kaus itu, ia mnencuci dan memberikan kepada paman angkatnya. Namun perbuatannya yang tampak sepele itu berakibat fatal bagi dirinya. Ia mesti mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Dalam hidup ini banyak orang menganggap sepele terhadap apa yang dilakukannya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi karena orang kurang begitu peduli terhadap orang lain. Orang terlalu mengandalkan egoisme dirinya. Orang lebih mengutamakan kepentingan dirinya sendiri.

Karena itu, kisah tadi mau mengajak kita untuk introspeksi diri. Kita mesti menukik ke dalam diri kita sendiri untuk merefleksikan perbuatan-perbuatan kita. Perbuatan yang kita lakukan mesti didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang matang dan manusiawi. Dengan demikian, perbuatan yang kita lakukan itu sungguh-sungguh baik dan berguna bagi banyak orang. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Minggu, 22 Mei 2011

Menimba Hal-hal Baik dari Peristiwa Hidup

Suatu hari seorang ibu mendapat berita bahwa adiknya yang sudah lama tidak dijumpai akan datang ke rumahnya. Ia sangat bersukacita mendengar berita itu. Betapa tidak!? Sudah dua puluh tahun mereka tidak saling bertemu. Ia sudah sangat rindu untuk berjumpa dengan adiknya itu.

Karena itu, hari itu ia menyiapkan yang terbaik untuk menyambut kedatangan adiknya itu. Ia menyiapkan kamar tidur yang terbaik di rumahnya untuk adiknya. Ia menyiapkan makanan yang paling enak untuk adiknya. Ia ingin perjumpaan itu menjadi sesuatu yang spesial. Ia tidak ingin adiknya itu kecewa terhadap penyambutannya.

Ketika tiba saatnya, sang adik yang tampak tua menjumpai ibu itu. Ia masih ingat betul wajah sang kakak yang pernah memarahinya, sehingga ia mesti meninggalkan rumah. Sambil tersenyum, ia menyapa kakaknya. Ia merasakan ada getaran yang indah di dalam hatinya. Kakaknya ternyata orang yang baik. Tidak seperti yang dulu ia pikirkan. Hari itu ia mendapatkan sambutan istimewa.

Sambil memeluk adiknya, sang kakak berkata, ”Maafkan saya, dik. Akibat kemarahan saya dulu itu, kamu meninggalkan rumah. Tidak ada kabar yang kau beri untuk kami di sini.”

Sang adik berkata, ”Seandainya kakak tidak memarahi saya, belum tentu saya bisa menjadi orang seperti ini. Di perantauan saya berjuang untuk hidup. Saya berjuang untuk meraih sukses. Dan saya dapatkan itu. Karena itu, saya bersyukur kakak pernah memarahi saya.”

Sahabat, suatu peristiwa yang negatif ternyata tidak selamanya berakibat negatif bagi hidup manusia. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi, karena orang berani belajar dari peristiwa-peristiwa negatif yang mereka alami itu. Kalau saja orang tetap terpuruk dalam hal-hal yang negatif itu, tentu saja orang tidak akan mengalami kesuksesan dalam hidupnya.

Karena itu, orang mesti memandang bahwa peristiwa yang negatif dalam hidupnya itu menjadi alat pemacu untuk kemajuan dirinya. Orang tidak boleh terpuruk dalam hal-hal yang negatif itu. Orang mesti berusaha menemukan sisi baik yang tersirat dalam peristiwa negatif itu. Mampukah kita? Tentu saja kita mampu, kalau kita berani mengesampingkan peristiwa negatif itu. Kalau kita berani menimba hal-hal yang baik dari peristiwa kurang baik itu, tentu kita akan menemukan hal-hal yang berguna bagi hidup ini.

Untuk itu, kita perlu mengerdilkan gengsi yang sering bercokol dalam diri kita. Seringkali gengsi menjadi penghambat kemajuan dalam diri kita. Sering gengsi menghalangi kita untuk melangkahkan kaki kita meraih kesuksesan dalam hidup ini.

Karena itu, sebagai orang beriman, kita mesti berani menimba hal-hal baik yang ada di balik peristiwa-peristiwa negatif yang kita alami. Dengan demikian, hidup ini menjadi sumber kegembiraan bagi kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Jumat, 20 Mei 2011

Tetap Setia pada Kesepakatan

Ada seorang bapak yang sangat menyayangi putrinya. Apa saja yang diinginkan putrinya selalu ia penuhi. Namun ia selalu menekankan, agar putrinya itu dapat membawa dirinya di hadapan umum. Kalau putrinya itu membuat malu keluarganya, sang ayah tidak segan-segan memarahinya.

Putrinya itu menuruti kata-kata ayahnya. Ia setia kepada ayahnya. Ia berjanji untuk tidak melakukan hal-hal yang memalukan keluarganya. Karena itu, ia selalu berpenampilan sopan dan rapi.

Suatu malam minggu,Rata Penuh sang putri diajak oleh teman-temannya untuk merayakan pesta ulang tahun salah seorang teman mereka. Malam itu mereka merayakannya dengan penuh sukacita. Sampai-sampai sang putri lupa pulang ke rumah. Ia tertidur di rumah temannya hingga keesokan harinya. Ternyata ia mabuk berat malam itu. Begitu ia bangun keesokkan harinya, ia tidak berani pulang ke rumahnya. Ia tahu bahwa sang ayah akan memarahinya habis-habisan. Ia akan didamprat oleh ayahnya.

Namun putri itu tidak bisa menghindar. Ia mesti menghadapi kenyataan pahit. Ia mesti menghadapi resiko dimarahi oleh ayahnya. Karena itu, ia pun pulang ke rumahnya. Ia siap untuk dimarahi oleh ayahnya. Namun yang ia jumpai justru sesuatu yang sangat berbeda. Wajah ayah yang marah dalam bayangannya ternyata tidak ia temukan. Justru ia menemukan wajah ayah yang penuh senyum menyambut kedatangannya.

Putri itu pun langsung tersungkur di kaki sang ayah. Sambil menangis sesenggukan, ia berkata, ”Ayah, ampunilah saya. Saya telah melanggar kesepakatan kita. Saya berjanji tidak akan mengulangi lagi.”

Sambil merangkul putrinya, sang ayah berkata, ”Ayah tidak memarahimu. Ayah tidak akan menghukummu. Tetapi mulai sekarang kamu harus tetap memegang teguh kesepakatan kita.”

Sahabat, kita hidup dalam dunia yang penuh dengan godaan-godaan. Ada yang mudah tergoda oleh kekayaan, sehingga nekat mencuri mobil mewah milik orang lain. Ada yang mudah tergoda oleh kemolekan gadis tetangga, sehingga tega memperkosanya. Ada yang mudah tergoda oleh kekuasaan, sehingga berusaha menguasai orang lain dengan cara-cara yang tidak baik.

Mengapa ini semua bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi, karena manusia melanggar kesepakatan yang telah dibuatnya sendiri untuk hidup baik dan benar. Manusia ingin meraih keinginannya yang berlebihan dengan mengangkangi hukum dan peraturan yang ada. Manusia ingin meraih kesuksesan dalam waktu singkat, tanpa kerja keras. Ini bahaya. Bukan hanya bagi diri sendiri. Tetapi juga berbahaya bagi sesamanya.

Kisah tadi mau mengajak kita untuk tetap setia pada kesepakatan yang telah kita buat bersama. Hanya dengan tetap setia pada kesepakatan itu, kita dapat menjalani hidup dengan baik. Kita tidak perlu terjerumus ke dalam godaan-godaan yang membahayakan hidup kita.

Sebagai orang beriman, kesetiaan kita pada kesepakatan menjadi suatu kesempatan untuk mewujudnyatakan iman kita kepada Tuhan. Iman yang benar itu tampak dalam hidup kita sehari-hari. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Kamis, 19 Mei 2011

Mengapa Kejujuran Semakin Memudar?

Beberapa hari terakhir ini (Februari 2010) media-media marak memberitakan tentang kegiatan jiplak-menjiplak karya ilmiah. Ada skripsi yang dijiplak. Ada guru besar yang tertangkap tangan menjiplak karya orang lain. Aktivitas ini menunjukkan rendahnya mutu pendidikan di negeri ini. Ada orang yang ingin sukses dengan jalan pintas. Akibatnya, mutu dirinya tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Namun kegiatan jiplak-menjiplak itu juga menunjukkan ketidakjujuran. Orang tidak jujur terhadap kemampuan dirinya sendiri. Orang berani berbohong demi memiliki gelar atau titel yang tinggi. Menurut Dr William Chang, kegiatan jiplak-menjiplak adalah tindak kebohongan yang mesti diberantas.

Ia berkata,”Ketidakjujuran ini sudah holistik, mengakar, merambah keluarga, masyarakat, dunia pendidikan dan pemerintahan. Ini cermin dekadensi moral.”

Untuk itu, apa yang mesti dilakukan untuk menghentikan kegiatan jiplak-menjiplak ini? Yang pertama-tama mesti dibuat adalah orang mesti menyadari bahwa pendidikan itu bukan hanya sekedar mengejar angka-angka dalam raport. Yang mesti ditekankan di dunia pendidikan adalah manusia belajar untuk hidup. Yang pertama-tama yang mesti disadari adalah nilai-nilai yang diraih dalam pendidikan itu untuk mendukung hidup manusia.

Sahabat, tentu saja kita merasa sedih mendengar kegiatan jiplak-menjiplak yang marak terjadi di negeri ini. Mengapa? Karena dunia pendidikan kita sudah semakin rendah mutunya. Kita terpuruk di segala bidang kehidupan. Padahal kita semestinya bangkit untuk meraih nilai-nilai kehidupan yang lebih tinggi.

Mengapa kegiatan jiplak-menjiplak bisa terjadi di negeri ini? Menurut sementara orang, kegiatan ini bisa terjadi karena orang tidak mau repot-repot melakukan penelitian ilmiah. Orang merasa bahwa dengan uang yang dimilikinya, ia dapat membeli hasil karya ilmiah milik orang lain.

Penyebab lain adalah komersialisasi di bidang karya ilmiah sudah sedemikian semarak. Akibatnya, lahir sarjana-sarjana dengan titel yang mengagumkan, tetapi bobot ilmiahnya rendah.

Tentu saja kita semua ingin agar pendidikan kita dihiasi oleh nilai-nilai kejujuran. Karena itu, semua pihak mesti berusaha untuk memberantas kegiatan jiplak-menjiplak ini. Caranya adalah dengan secara dini menanamkan nilai-nilai kejujuran di sekolah-sekolah. Ketika seorang pelajar tertangkap tangan menyontek saat ulangan atau ujian, ia mesti diberi sanksi yang berat.

Sebagai orang beriman, kita ingin agar kita lebih jujur dalam hidup ini, termasuk dalam dunia akademis. Kejujuran dalam hal ini menunjukkan bahwa kita orang-orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan. Orang yang jujur akan mendapatkan banyak hal baik dalam hidupnya. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Rabu, 18 Mei 2011

Meraih Cita-cita dengan Usaha Keras

Semua dimulai dari impian. Begitulah Frank Slazak ingin menjadi astronot. Ia ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi ia tidak memiliki gelar. Ia bukan seorang pilot. Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Frank Slazak adalah seorang guru.

Hari itu juga ia mengirimkan surat lamaran ke Washington. Setiap hari ia berlari ke kotak pos. Akhirnya, datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doanya terkabul. Ia lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padanya.

Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impiannya semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, ia menunggu dan berdoa lagi. Ia tahu ia semakin dekat pada impiannya. Beberapa waktu kemudian, ia menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center .

Dari 43.000 pelamar, kemudian terseleksi menjadi 10.000 orang. Lantas Frank Slazak menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Sayang, ia tidak terpilih. Yang terpilih adalah Christina McAufliffe. Frank Slazak kalah. Impiannya hancur. Ia mengalami depresi. Rasa percaya dirinya lenyap. Amarah menggantikan kebahagiaannya. Ia mempertanyakan semuanya, ”Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yang mana yang kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam?”

Selasa, 28 Januari 1986, ia berkumpul bersama teman-temannya untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, ia menantang impiannya untuk terakhir kali. Ia berkata, ”Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja, agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku?”

Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaannya dan menghapus semua keraguannya saat Challanger meledak dan menewaskan semua penumpangnya.

Sahabat, suatu kejadian yang sangat tragis hampir saja menimpa Frank Slazak. Ia masih beruntung. Ia tidak berada di dalam pesawat Challenger itu. Impiannya mungkin menjadi kenyataan. Namun hanya sesaat saja. Tentu saja Frank Slazak merasa bersyukur tidak menjadi bagian dari misi luar angkasa itu. Ia boleh mengalami sukacita dalam hidupnya. Ia masih dapat melangsungkan kehidupannya di dunia ini.

Setiap orang punya impian untuk memiliki hidup yang bahagia. Setiap orang ingin agar impiannya itu tercapai. Ia boleh meraih impiannya. Namun orang juga mesti sadar bahwa apa yang telah diraihnya itu mesti dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Karena itu, orang mesti berusaha untuk tetap setia pada impian yang telah diraihnya itu. Setiap resiko mesti berani ditanggungnya.

Kisah tadi memberi inspirasi bagi kita bahwa sebuah cita-cita dapat diraih dalam hidup ini. Mimpi yang terus-menerus dikobarkan akan memacu seseorang untuk bekerja keras tanpa lelah untuk meraih mimpinya itu. Ketika mimpi itu tidak bisa diraih secara penuh, orang pun tidak perlu merasa frustrasi. Masih ada jalan lain yang dapat dilewati. Masih ada kesempatan lain yang dapat dilakukan untuk meraih cita-cita itu.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa berusaha meraih cita-cita kita. Kita mesti setia pada komitmen yang telah kita canangkan. Dengan demikian, kita dapat meraih cita-cita sebagai sarana untuk menemukan kebahagiaan dalam hidup. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Selasa, 17 Mei 2011

Berusaha Memusatkan Diri pada Tuhan

Daniel Levitin adalah seorang ahli saraf yang terkenal. Ia mengemukakan satu hasil penelitiannya yang terkenal. Penelitian itu ia tulis dalam buku berjudul This is Your Brain On Music. Dalam penelitian itu, ia menemukan bahwa untuk memperoleh keahlian yang dibutuhkan menjadi peraih prestasi kelas dunia, entah sebagai seniman, atlet, penulis, musisi, diperlukan latihan setidaknya sebanyak 10.000 jam.

Artinya, jika kita memakai 3 jam latihan setiap hari, maka setidaknya kita butuh 10 tahun untuk mencapai tahap ahli. Ya, perlu ada latihan yang sungguh-sungguh dalam jangka waktu yang lama dan berkelanjutan. Seorang ahli tak bisa muncul tiba-tiba, semua butuh proses.

Berapa banyak waktu yang Anda berikan untuk melatih diri di dalam bidang yang ingin Anda kuasai? Jangan harap Anda dapat meraih prestasi maksimal, jika Anda tidak punya kedisiplinan dan ketekunan. Untuk itu, Anda mesti punya waktu dan kemauan untuk berlatih terus-menerus. Mungkin waktu pertama kali Anda berlatih, Anda akan mengalami kejenuhan. Anda akan mengalami kesulitan. Namun ketika Anda mencoba dan mencoba mengatasi kejenuhan diri Anda, Anda akan menemukan bahwa latihan itu sangat penting bagi Anda.

Sahabat, menjadi seorang ahli dalam suatu bidang tertentu memang butuh waktu dan kerja keras. Ada berbagai rintangan yang mesti dihadapi. Ada berbagai usaha yang mesti dilakukan untuk meraih kesuksesan dalam hidup itu. Orang yang berani mempertaruhkan waktu dan kerja kerasnya akan meraih sukses yang berlimpah-limpah.

Untuk itu, orang mesti mau menumpahkan perhatiannya pada apa yang ingin diraihnya. Fokus merupakan suatu prinsip yang tidak bisa ditawar-tawar dalam meraih keahlian itu. Orang yang mudah kehilangan fokus sering bingung akan apa yang mau dilakukannya. Orang seperti ini sering pindah-pindah pekerjaan dan keahlian. Ia tidak bisa menetapkan fokus yang mesti dituju.

Demikian halnya dalam hidup beriman. Orang beriman mesti selalu fokus pada imannya. Orang beriman mesti selalu setia pada iman yang dianutnya. Orang yang plin-plan dalam imannya biasanya orang mudah meninggalkan imannya. Orang yang kurang setia pada iman yang dianutnya.

Karena itu, dalam hidup beriman pun orang beriman mesti senantiasa mengarahkan fokusnya pada Tuhan. Orang beriman tidak boleh begitu mudah meninggalkan Tuhan. Sesibuk apa pun, orang beriman mesti selalu memberi waktu terbaik bagi Tuhan dalam hidupnya. Orang beriman mesti sadar bahwa Tuhanlah yang berkuasa menentukan keberhasilannya. Mari kita tetap berusaha untuk setia kepada Tuhan yang kita imani. Dengan demikian, kita dapat menemukan kebahagiaan dan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com