Cinta yang tulus tidak mengenal batas-batas. Cinta yang tulus tumbuh
dalam situasi apa pun. Karena itu, orang yang saling mencintai itu
tidak membatasi diri pada hal-hal yang baik dan menyenangkan saja.
Orang yang saling mencintai itu saling menerima apa adanya. Mereka
tidak memperhitungkan untung rugi dalam membina relasi cinta.
Kisah cinta di bawah ini bukan sebuah dongeng. Ini kisah seorang istri
yang rela mencintai dan berbagi kehidupan dengan lelaki, yang secara
fisik tidak sempurna. Mengapa ia mau menjalin relasi cinta dengan sang
suami yang tidak sempurna secara fisik itu?
Irma, begitu nama perempuan itu, berkata, "Karena saya yakin cinta
datang dari hati. Meski saya pada awalnya tidak menyetujui."
Irma adalah seorang guru yang menikah dengan Zulfan, seorang duda yang
mengalami lumpuh kedua kakinya.
Awalnya Irma mengaku ragu untuk menerima Zulfan sebagai kekasihnya.
Hal itu terjadi terutama karena melihat kekurangan fisik lelaki itu.
Tetapi akhirnya hatinya pun luluh. Namun belum selesai sampai di situ.
Ia kemudian menghadapi tantangan berikutnya. Orangtuanya menolak
mentah-mentah lamaran Zulfan. Kekuatan cintalah yang kemudian
meyakinkan orangtuanya untuk menerimanya.
Sahabat, sering orang mendahulukan penampilan fisik yang gagah perkasa
atau cantik menawan. Sering hal-hal ini mendasari orang dalam menjalin
percintaan. Benarkah pandangan seperti ini? Bukankah cinta menuntut
sesuatu yang tidak terbatas? Bukankah cinta yang sejati menuntut orang
untuk saling menerima apa adanya?
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa cinta yang sejati tidak
terlalu banyak membuat perhitungan. Cinta yang sejati itu mengalir
begitu saja dalam hidup ini. Yang penting bagi manusia adalah
menumbuhkan cinta yang sejati itu. Orang mesti berani menerima
kekasihnya apa adanya. Tidak terlalu banyak memberikan penilaian
terhadap kekasihnya.
Namun sering yang terjadi dalam hidup sehari-hari adalah orang
membendung cinta yang tanpa batas. Orang membatasi diri memilih sesuai
dengan kesukaannya. Orang kurang melihat cinta yang tulus dari
kekasihnya. Akibatnya, terjadi perendahan martabat manusia. Kita
menyaksikan istri yang bunuh suaminya. Atau sebaliknya, suami yang
tega menghilangkan nyawa istrinya. Hidup manusia akhirnya tidak damai.
Hidup yang semestinya bahagia berubah menjadi hidup yang mengerikan.
Karena itu, kita mesti bercermin dari cinta Tuhan yang begitu besar
kepada manusia. Tuhan tidak pernah memilih untuk mencintai seseorang
lebih dari yang lainnya. Tuhan mencintai semua orang yang telah
diciptakanNya. Tuhan menerima semua ciptaanNya itu, entah cacat atau
tidak. Tuhan menawarkan kasihNya itu kepada semua orang.
Mari kita membangun cinta yang tanpa batas di antara kita. Dengan
demikian, hidup ini menjadi lebih baik dan berguna bagi semua orang.
Hidup ini menjadi suatu kesaksikan tentang kebaikan Tuhan. Tuhan
memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar