“Kawan-kawan, seorang ibu dan tiga anaknya masih terjebak banjir di Kampung Melayu. Sudah dua hari mereka tidak mendapat suplai makanan. Bantuan dapat disalurkan melalui posko relawan atau tim SAR di lokasi”. Begitu bunyi salah satu SMS yang dikirim oleh Nor Pud.
Kali lain, Nor Pud mengirim SMS berbunyi, “Apakah kita akan membiarkan anak-anak korban penggusuran itu harus kehilangan kesempatan untuk belajar? Mereka tidak berdosa. Mereka harus diselamatkan.” SMS itu merupakan reaksinya atas peristiwa penggusuran di sebuah lokasi di Jakarta Barat.
Biasanya SMS-SMS semacam itu dilengkapi dengan nama orang yang bisa dihubungi dan nomor telepon yang bisa dikontak. Kadang sangat detail ditulis obat-obatan atau jenis barang yang dibutuhkan. Bahkan lokasi orang-orang yang membutuhkan bantuan biasanya dicantumkan sangat lengkap, sehingga memudahkan siapa saja yang ingin memberikan bantuan.
Hampir setiap minggu Nor Pud Binarto mengirim SMS semacam itu kepada kenalan-kenalannya untuk membantu para korban. Isinya berupa imbauan agar mereka yang menerima SMS tersebut tergerak untuk membantu. Bukan cuma peristiwa di wilayah Jakarta yang menjadi kepeduliannya. Mulai longsor di Papua, bentrokan berdarah di Ambon, gempa di Jogja, sampai TKI yang terlantar akibat diusir pemerintah Malaysia menjadi perhatiannya.
Lelaki enerjik ini seorang yang selalu gelisah. Terlalu banyak yang ingin dilakukannya. Tetapi waktu seakan terlalu singkat. Bicaranya juga ceplas-ceplos. Kritis bahkan cenderung nyinyir. Hampir semua keadaan dikritisinya. Terutama yang menyangkut kebijakan-kebijakan pemerintah yang dia nilai menyengsarakan rakyat kecil. Ia pernah menjadi penyiar salah satu stasiun radio terkenal di Jakarta.
Sahabat, kepedulian terhadap sesama yang menderita menggerakkan hati orang untuk membantu. Apa yang dilakukan oleh Nor Pud itu tampaknya biasa-biasa saja. Namun ia ingin agar orang memiliki kepedulian terhadap sesamanya. Ia ingin agar orang yang menerima SMS-nya itu tergerak hatinya untuk sesamanya yang sedang menderita.
Memang tampak cara seperti ini terlalu sederhana. Namun hasil dari cara seperti ini ternyata luar biasa. Banyak orang kemudian tergerak hatinya untuk membantu sesamanya yang sedang mengalami penderitaan. Usaha yang tampak kecil itu membawa kebahagiaan bagi banyak orang yang menderita.
Nor Pud mengorbankan waktu dan uangnya untuk menggerakkan sesamanya bagi yang menderita. Tentu saja pengorbanan seperti ini dapat dilakukan berkat kepekaan terhadap sesama. Kepekaan itu tumbuh dari rasa kasih yang besar terhadap orang lain yang menderita.
Kisah Nor Pud memberikan inspirasi bagi orang beriman untuk selalu memiliki dan memupuk kepekaan dalam dirinya terhadap sesama yang menderita. Kepekaan itu kemudian menggerakkan hati orang untuk tanggap terhadap kebutuhan sesama. Mari kita berusaha terus-menerus untuk memiliki kepekaan hati terhadap sesama yang menderita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar