Senin, 06 Juni 2011

Fw: Renungan Hari Ini694

Bolehkah orang iri terhadap kemampuan orang lain yang bertingkat tinggi? Tentu saja jawabannya orang boleh iri dalam arti positif. Artinya, iri hati itu dapat memacu seseorang untuk kemajuan dirinya sendiri.

Kesuksesan seseorang dapat membantu sesamanya untuk memacu dirinya dalam meraih sukses. Iri hati seperti ini mengarahkan orang untuk menjadi lebih baik. Orang ingin terus-menerus belajar untuk menjadi lebih baik lagi.

Beberapa hari lalu penyanyi dangdut Iis Dahlia tak hanya iri pada gelaran Java Jazz Festival yang dibanjiri pengunjung. Tetapi lebih-lebih ia iri terhadap sikap para pengisi acaranya. Awal Maret 2010 lalu di rumah Duta Besar Amerika Serikat di bilangan Menteng, Jakarta, ia bertemu dengan penyanyi pop Amerika Serikat, Eric Benet.

Iis yang berusia 36 tahun ini berkata, "Malam itu ia akan tampil, tetapi sikapnya biasa saja. Bahkan ia memberi kursi kepada tamu. Tidak ada panitia yang sibuk mencarikan dia kursi." Lantas ia membandingkan sikap Benet itu dengan tingkah para artis negeri ini. Ia berkata, "Wuih, coba kalau artis kita, pasti panitia sibuk carikan kursi. Aku kagum, Eric yang terkenal itu tidak merasa spesial."

Ia merasa dapat belajar banyak hal dari para musisi asing tentang perlakuan spesial. Ia berkata, "Aku ini penyanyi bisa belajar banyak dari para musisi asing di Java Jazz. Terutama soal perasaan yang selalu ingin diperlakukan spesial itu."

Sahabat, seorang guru spiritual mengajarkan murid-muridnya untuk memperlakukan sesama dengan baik. Yang paling hebat mesti menjadi pelayan bagi sesamanya. Tidak perlu menganggap dirinya sangat penting.

Dengan cara itu, hidup ini akan menjadi lebih baik. Mengapa? Karena yang punya kemampuan lebih tinggi dapat melayani sesamanya. Yang punya banyak kekayaan dapat memacu sesamanya untuk terus-menerus berkarya. Dengan cara ini, kesejahteraan akan dicapai oleh banyak orang.

Karena itu, kita mesti berani belajar untuk melayani sesama. Yang kuat dan baik tidak perlu menunggu untuk dilayani. Tetapi mesti memiliki kesiapsediaan yang tinggi untuk mau memajukan kehidupann bersama.

Sering kita alami dalam hidup bahwa ada banyak orang enggan untuk melayani sesamanya. Mereka merasa, orang lain yang mesti melayani mereka. Orang lain mesti lebih peduli terhadap mereka. Akibatnya, terjadi stagnasi dalam hidup manusia. Kalau semua orang menunggu untuk dilayani, siapa yang akan mulai lebih dulu untuk melayani.

Karena itu, sebagai orang beriman, kita mesti menggerakkan hati dan budi kita untuk melayani sesama kita. Dengan demikian, banyak hal baik akan dapat kita temukan dalam hidup. Kita dapat memajukan kehidupan bersama. Tuhan memberkati.


Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

0 komentar: